Sitemap

Mengapa harus Engkau?

1 min readSep 14, 2025

Bila akhirnya takdir menuntutku untuk mencinta sehidup-semati, mengapa harus kamu?

Lirih tubuhku perih menyadari kita takkan pernah searah, meski sekuat apa pun kita berusaha. Setiap nadi yang berdenyut dalam diriku hanya mengenal namamu — seakan Tuhan menuliskan-ku untuk mencintaimu sepenuh jiwa. Namun, mengapa takdir menulis kisah yang berbeda untukmu? Mengapa harus Engkau?

Bila ujungnya kita takkan pernah melebur, bagai minyak yang menafikan air, mengapa namamu yang terus kukejar dalam setiap lembar kata? Seakan seluruh tulisanku hanyalah persembahan bagi rasa yang takdir sendiri telah kelak untuk pudar.

Andai aku diberi seribu pena, maka tiap ujungnya akan kehabisan tinta untuk satu kata, Engkau.

Aku lelah. Semua waktu yang kita jalani terasa cukup untuk membuatku mengerti: Kita tidak pernah benar-benar bisa bersatu. Namun, yang kuinginkan tetap sama sejak awal — hanya kita, tak lebih. Aku sadar akan egoisku; terlalu sering aku memanjatkan doa yang sama, berharap Tuhan mengubah takdir. Mengapa harus kamu?

Dari sekian banyak jiwa yang mungkin bisa kupeluk, hanya namamu yang tak pernah mau lepas dari dadaku. Aku dilahirkan seakan hanya untuk mengabadikan kamu, dan itu kuterima tanpa pilihan.

Tubuhku terpenuhi oleh agonis, pikiranku busuk oleh keyakinan bahwa aku takkan pernah menyerah pada pelukan lain, sebab seluruh diriku ditujukan untuk mengabdi pada satu-satunya: Engkau.

--

--

Hamdam.
Hamdam.

Written by Hamdam.

Tuhan menitipkan pena untuk menulis secarik kertas tentangmu.

No responses yet